Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh 4,87% pada Triwulan I-2025 di tengah lingkungan global yang bergejolak. Ia menjelaskan, stabilnya ekonomi Indonesia ini karena dukungan konsumsi rumah tangga dari sisi pengeluaran dan sektor manufaktur dari sisi produksi.
“Konsumsi rumah tangga menyumbang 54,5% dari total GDP kita dan tetap terjaga mendekati 4,9% atau bahkan 5%, yaitu 4,89%,” ujar Menkeu saat Konferensi Pers APBN KiTa di Aula Mezzanine, Kompleks Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI, Jakarta, pada Jumat, 23 Mei 2025.
Sri Mulyani melanjutkan, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menjadi faktor yang perlu mendapat perhatian dari sisi pengeluaran. Ia menjelaskan, PMTB hanya tumbuh 2,12% pada Triwulan I. “Angka ini relatif rendah dibandingkan dengan capaian empat tahun sebelumnya. Sehingga investasi atau PMTB harus kita tingkatkan,” tegasnya.
Pemerintah mencatat konsumsi belanja negara mengalami kontraksi sebesar 1,38% dibandingkan tahun lalu. Menurutnya, hal ini terjadi karena pada 2024 pemerintah menggelontorkan bantuan sosial untuk mengatasi El Nino dan mengadakan belanja pemilu, yang tidak ada pada 2025. Sementara itu, ekspor tumbuh kuat sebesar 6,78%, dan impor meningkat 3,96%.
Dari sisi produksi, sektor manufaktur mencatat pertumbuhan 4,55%. Sektor perdagangan dan pertanian juga menunjukkan kinerja positif dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 5,03% dan 10,52%. “Tiga sektor terbesar—manufaktur, perdagangan, dan pertanian—mencatat pertumbuhan stabil di atas 5%, bahkan pertanian melonjak hingga 10,52%,” ungkapnya.
Sektor produksi lain yang tumbuh positif meliputi konstruksi, transportasi, infokom, jasa keuangan, akomodasi makan minum, dan real estate. Namun, sektor pertambangan mengalami kontraksi dan perlu mendapat dorongan karena terdampak harga komoditas. “Kami mengapresiasi sektor-sektor yang mencatat pertumbuhan positif ini,” ujarnya.